Meracik dan meminum jamu diyakini telah menjadi tradisi sejak ribuan tahun silam, dan sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut adanya profesi 'tukang meracik jamu' yang disebut Acaraki. Bahan-bahan jamu diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi Nusantara, baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu. Resep tersebut dimanfaatkan para leluhur untuk perawatan kesehatan hingga kecantikan.
Jamu kemudian dikenal di dalam lingkungan Istana atau keraton Kesultanan di Yogyakarta dan Kasunanan di Surakarta. Dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan keraton dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, orang-orang lingkungan keraton mulai mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat. Karenanya, jamu menjadi kian populer tidak saja hanya di Indonesia tetapi sampai ke luar negeri.
Sudah bukan rahasia jika ramuan jamu tradisional khusunya untuk wanita dengan memanfaatkan bahan-bahan yang hingga kini mudah didapatkan di tanah Jawa. Meski demikian, resep sederhana tersebut telah lama dipercaya akan khasiatnya.Manfaat jamu tidak hanya untuk menghilangkan jerawat, menyembuhkan sakit perut, menghilangkan nyeri haid, menjaga agar tetap langsing dan sebagainya.
Untuk meracik jamu, diperlukan pengetahuan dan ketelitian akan bahan-bahan herbal yang digunakan. Selain itu, bahan-bahan harus bersih dan bebas dari zat berbahaya sehingga yang minum jamu bisa memperoleh khasiat seperti yang diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar